Sunday, 21 February 2010

A tale by Chris Nugroho

Lord Bordock Incargot, adalah seorang raja dari negara Nemoralexia yang sangat agung dan disegani di masa jayanya. Dia berhasil menciptakan kedamaian di antara ketiga dimensi—Maya, Mithrillia, dan Mirage—hingga didirikanlah sebuah menara bernama Ar-Zhuhud. Menara itu adalah simbol perdamaian, sebab namanya sendiri berarti Sang Pendamai. Lord Bordock juga dikenal karena kefasihannya menggunakan bahasa naga. Dia pun berhasil menundukkan perlawanan kepala suku para naga, Grazzadra. Atas kemenangannya itu, Lord Bordock mendirikan sebuah kuil untuk membangun kekerabatan dengan para naga. Kuil itu dinamainya Klamagur. Para naga pun bersumpah tak akan menyakiti satupun keturunan Incargot, meski mereka harus mati karena sumpah itu.

Namun, di saat kedamaian itu baru beberapa puluh tahun dinikmati, Nemoralexia didera skandal besar. Seorang pendeta ritual tertinggi bernama Azatur Bardiel, melakukan pembelotan terhadap tata cara yang berlaku. Dengan diam-diam dia mempelajari gulungan hitam Kalanost milik kaum Elf. Dalam hatinya, Azatur ingin menjatuhkan Lord Bordock dan duduk di tahta menggantikannya. Lalu datanglah murka Sang Raja padanya. Beberapa pendeta lain yang sekubu dengannya dihukum pancung, namun Azatur melarikan diri dari tahanan. Setelah kejadian itu, seluruh sisa pendeta yang membela Azatur diusir dari Nemoralexia. Mereka juga diasingkan oleh penduduk Mithrillia. Entah kebetulan atau tidak, beberapa tahun setelahnya, Nemoralexia kehilangan raja mereka.

Kematian Lord Bordock secara misterius menjadi pemicu perang saudara antara Nemoralexia dengan Kerajaan-Kerajaan yang dikenal sebagai kaki-tangan Mirage. Namun kejatuhan Nemoralexia justru dimulai dari bencana alam yang penuh selubung mistis. Penduduk Nemoralexia didera kemalangan secara beruntun—kekeringan, kelaparan, hujan batu, badai besar, hingga menghilangnya matahari dari atas langit karena terbungkus awan tebal. Dan sebuah kejayaan yang dibangun dengan susah payah, tertelungkup begitu saja. Kerajaan sebesar itu hilang ditelan musibah hanya dalam semalam. Sebagai titik puncak dari semua bencana, sebuah badai berpasir menghantam dan menghilangkan Kerajaan itu untuk selamanya. Ar-Zhuhud menghilang pula sejalan dengan situasi itu, dan Mirage pun mulai bertingkah kembali.

Perdamaian dianggap telah dibatalkan sepihak oleh pihak Mithrillia.

Murka palsu bangsa Mirage membahana.

Peperangan ratusan tahun pun terjadi kembali. Baru saja perlawanan Kerajaan-Kerajaan kaki-tangan Mirage bisa teredam, serangan lainnya datang langsung dari kepalanya, Mirage. Keperkasaan Mithrillia cukup bisa menahan gempuran demi gempuran dari bangsa Mirage. Beberapa wilayah memang berhasil diduduki bangsa Mirage, tapi tetap tak sebanding dengan jumlah kekalahan para abdi Dewa Maut tersebut. Dengan banyaknya kekalahan yang diderita bangsa Mirage, keadaan sepertinya mendukung Mithrillia. Tapi sekali lagi penguasa Mirage membuktikan kelicikannya. Jelas sekali, saat itu bukan hanya serdadu Mirage yang bertempur, tapi ada sesuatu yang jahat yang mengendalikan mereka. Sebuah bantuan dari Sang Penguasa Kegelapan. Kejahatan itu begitu mengikat mereka dalam kedigdayaan hebat. Penyatuan seluruh Kerajaan menjadi empat blok besar ternyata tak cukup ampuh untuk menentang kekuatan itu. Serdadu Mirage menjadi begitu perkasa, dan dalam semalam, seluruh wilayah Mithrillia ditaklukan. Raja Mordock Incargot, dijatuhkan dari tahtanya. Babak penjajahan baru pun dimulai, seiring lenyapnya tali yang menyambung keturunan Incargot.

Lalu, tersebarlah sajak oleh bangsa Elf, tentang kebenaran yang akan terjadi di masa depan. Seseorang akan membangkitkan perlawanan, dan itu adalah keturunan Incargot yang terlahir kembali. Batu Oriel, adalah peninggalan paling berharga dari Lord Bordock. Kilauannya akan bersinar memberitahu, kapan penderitaan Mithrillia harus diakhiri.

0 comments:

Post a Comment