Thursday, 25 February 2010
Rehabilitasi markas sedang berlangsung.
Kamera keamanan menangkap seluruhnya, walau tak sampai memperlihatkan apa yang terjadi di Jantung LAZARUZ. Hari ini sudah tiga hari berlangsung untuk perbaikan markas dan peningkatan keamanan, sejak hari penyerangan itu. Flavio sama sekali tak menduganya. Kini dia sibuk memperhatikan lembaran-lembaran kertas di atas mejanya. Jari-jemari itu begitu lesu membaliknya. Satu tangannya dipergunakan sebagai pilar untuk menopang betapa berat kepalanya yang berisi pikiran-pikiran. Sesekali pena di sebelah kanannya diraih untuk menuliskan beberapa kata pada selembar kertas.
Dua hari yang lalu, Flavio mendapati laporan darurat dari LAZARUS. Dia begitu tergesa-gesa untuk kembali. Terperanjatlah pria itu saat melihat rekaman penyerangan, hingga saat Hayden mematikan LAZARUS—berarti mematikan seluruh kamera. Klaha menjadi hantu dalam pikirannya. Otaknya berputar-putar mencari dalang di balik penyerangan berdarah itu. Dia pikir Hellfire Institution tak mungkin sendiri.
Tapi sebuah kesalahan besar telah dia perbuat. Pada mulanya Flavio berpikir bahwa Enrico sudah mati, namun tim otopsi dari intelejen menyatakan tak menemukan jasad pria tua itu. Proyek rahasianya terancam ditunda hingga Enrico ditemukan. Belum lagi adanya kemungkinan Enrico membelot ke Omega Operation.
Dia mengetuk-ngetukkan jari-jarinya ke atas meja, sedangkan ibu jari lainnya digigit. Dua hari yang lalu, dia sukar merelakan jenazah Deven yang ditinggalkan dalam liang pemakamannya. Pria muda itu masih sangat berharga baginya—bagi segala rencana rahasianya yang kini hancur berantakkan.
Flavio menggaruk-garuk kepala tanpa rambutnya, kemudian meneguk secangkir kopi hitam dan meletakkan kertas laporan ke atas meja. Tapi di balik semua pikirannya, ada hal yang mengganggunya. Jika Hellfire Institution sudah mengetahui posisi markas, mengapa mereka tak sekalian saja menyerang berturut-turut? Apalagi saat ini seluruh kekuatan utama Alpha Operation sudah menghilang. Apa itu berarti sesuatu di balik portal itu lebih berarti dibandingkan dengan menghancurkan Alpha Operation.
Sesaat dia menerawang ke luar jendela, memperhatikan segala pemandangan dengan sinar yang menusuk matanya. Sekawanan burung gagak beterbangan menjauh. Ingatan Flavio terusik.
Mengapa baru sekarang aku menyadarinya?
Segera Flavio membuka notebooknya, dia bermaksud melakukan komunikasi dengan intelejen rahasia dari yang paling rahasia di dunia. Terpampang sebuah simbol, siluet burung gagak yang bertengger di atas sebuah hand gun. Di simbol itu tertulis, The Black Crow Organization. GINE, adalah panggilan Flavio untuk orang di balik pembicaraan misterius itu. Dia tak pernah sekalipun mengijinkan orang melihat wajahnya. Sama seperti Flavio tak ingin dirinya dikenal sebagai pimpinan Alpha Operation, sama seperti tak ada orang yang tahu siapa penggerak roda-roda gigi Omega Operation.
“Selamat siang, Alpha. Kuharap sebuah hal besar menarikmu kepadaku,” kata suara yang terdistorsi gain dan manipulasi treble.
Flavio tersenyum kecut. Memorinya berusaha menguraikan daftar-daftar sesuai dengan etika-etika intelejen. Dia juga tahu orang yang dihadapinya sekarang, bisa menjatuhkan posisinya kapan saja. “GINE, kau pasti mendengar kabar penyerangan mendadak Omega Operation ke markasku beberapa hari lalu.”
“Aku tahu itu, sepertinya kekuatanmu lumpuh berat, Alpha. Dan apa yang bisa kubantu bagi organisasimu?”
“Aku kehilangan kekuatanku, lebih dari separuh, dan masalah JES semakin rumit. Aku tak bisa membiarkan seluruh dunia mengetahui keberadaan Mithrillia, tapi aku juga tak bisa menjadi air penyembuh bagi seluruh penderita JES. Hal-hal sepele semacam itu, terus-menerus mengganggu rencanaku.”
“Bunuh saja mereka.”
Flavio terbatuk kaget. Hampir saja dia menumpahkan secangkir kopi di tangannya. Beruntung kekagetannya tak membuat pria itu tersedak parah. Dia bergegas meletakkan cangkir itu dan menyeka mulutnya dengan sehelai sapu tangan sutera berwarna hitam.
“Kau gila? Bila satu orang penderita JES sudah dibunuh, bisa dipastikan beritanya akan tersebar, hingga para penderita lain memilih membeberkan ceritanya pada dunia. Satu mulut mungkin tak cukup meyakinkan, tapi bila dua? Tiga? Empat? Dan seterusnya? Itu akan cukup menjadi bulan-bulanan media. Jika itu terjadi, tamatlah organisasiku, organisasimu, walaupun Hellfire ikut masuk ke dalam lingkaran pahit itu.”
Hening sesaat.
“Ya, meskipun aku akan sangat senang jika Hellfire sampai runtuh,” lanjut Flavio Rosetti mengakui.
“Kau belum mendengarkanku sepenuhnya, Flavio. Aku tahu ada sesuatu yang ingin kau kuasai dari Mithrillia, tapi lihatlah dirimu ini. Tak akan lama lagi, kambing hitam itu akan menjebloskanmu ke neraka…” Mendengar itu, Flavio terdiam menanti. “Baik, Alpha. Bagaimana jika aku hanya menggunakan waktu...satu bulan?”
“Kali ini jelas sekali terdengar. Sudah terlalu jauh kau mengarang ceritamu. Mungkin saja kau sama sekali tak tahu situasinya,” remeh Flavio. “Sejumlah penderita JES, mereka tersebar di mana-mana, lagipula sebagian dari mereka bersembunyi. Berapa banyak orangmu yang akan kau turunkan?”
Tawa itu terdengar lagi. Kali ini lebih panjang, lebih padat, namun terdengar tak bermakna lagi.
“Cukup…orangku akan melakukannya.”
"Berapa banuak untuk misi segila itu?" kelakar Flavio.
"Satu."
Flavio berusaha menekan emosinya. Dia menganggap itu sebuah lelucon, hampir saja emosinya membludak, tapi dia berusaha sabar.
“GINE, aku sedang membicarakan hal serius, bagaimana bisa kau melontarkan lelucon di saat ini?” kata Flavio pelan-pelan dan mendesis.
“Solusi bagimu, mungkin aku harus melepaskan salah satu tahananku.” Suara itu diam, kemudian simbol gagak hitam berganti menjadi profil dari seorang tahanan pihak The Black Crow.
Name : Rajeev Khasim
Alias : None
Age : Unknown
Sex : Male
Blood : Unknown
No. : 000-000-001
Level : AA
Layar datar itu seakan memberinya kebohongan besar. Flavio sama sekali tak menemukan kejahatan di wajah pria kurus itu. Dia hanya tampak seperti gelandangan India biasa. Masuk ke dalam penjara The Black Crow bukanlah untuk kejahatan kecil. Orang ini, Rajeev Khasim, pasti sudah melakukan hal yang tak bisa dimaafkan. Pandangan Flavio terusik oleh level pengamanan dan kerahasiaan Khasim yang mencapai tingkatan AA—tingkatan tertinggi setelah C, B, dan A.
“Mungkin nama itu asing bagimu. Aku bisa jamin dia mampu membasmi semua ‘hama’ hanya dalam sebulan pencarian,” ujar suara itu. “Hanya satu tahanan yang menghuni pos level AA, dan dialah orangnya.”
“Itu terdengar bagus, GINE,” angguk Flavio ragu. “Tapi bisakah narapidana semacam dia dipercaya? Jujur saja aku agak meragukanmu.”
“Aku tahu kau inginkan Mithrillia,” ujarnya. “Aku tahu kau inginkan eksploitasi sumber daya alam di sana. Aku tahu, di sana terdapat sebuah barang tambang berharga tinggi yang bahkan tidak disadari keberadaannya oleh penduduknya sendiri.”
Flavio takut mengucapkan kata-kata yang salah. Dia hanya diam dan terkejut dengan pengetahuan luas pimpinan The Black Crow.
“Dantium, aku juga tahu namanya, bukan?” lanjutnya dengan nada menerka-nerka. “Beberapa tetes lapisan Dantium murni saja bisa menahan rentetan peluru mesin, apalagi bila kendaraan berat menggunakannya. Tak akan ada kata kalah bagi organisasimu. Lalu setelah ini, aku ragu kau hanya menggunakannya untuk menjatuhkan Omega Operation. Setidaknya pikiranmu tak akan sesederhana itu.”
Setelah pernyataan itu, keraguan Flavio berganti dengan keinginan yang meluap-luap. “Tak salah bagimu memimpin organisasi sebesar The Black Crow. Kau sangat cerdik menerkaku.”
“Empat puluh persen, aku hanya minta empat puluh persen dari pendapatanmu di sana…”
Sontak Flavio Rosetti terkejut mendengarnya. Flavio menggeram agak kesal. “Tidak mungkin. Aku sudah menghabiskan jutaan dollar untuk pengembangan serdadu pembunuhku, dan kau seenaknya meminta bagian tanpa membantuku sedikitpun soal penaklukkan?”
“Jadi penelitianmu itu sangat rahasia?” orang itu terdengar berpikir. “Bagaimana jika kugelontorkan beberapa juta euro untuk menutup biaya itu, selanjutnya kesepakatan wajib kau patuhi.”
“Kesepakatan? Selain empat puluh persen, ada lagi?”
“Ya, mungkin satu lagi.” Suara itu hening sejenak, terdengar suara halaman kertas yang dibolak-balik dari dalam layar. “Tentang laki-laki itu. Aku tahu kesetiaannya pada organisasimu. Bila terjadi, aku ingin memilikinya..”
Sesaat Flavio berpikir akan maksud pria ini, tapi akhirnya dia paham dan sadari. Memang ada rahasia yang disimpannya tentang betapa dahsyatnya kekuatan seorang lelaki di pihaknya. Namun beribu-ribu alasan menjadikannya tenggalam tak muncul ke permukaan. Dia yang disebut-sebut sebagai si bocah api liar, pembantai Little Marry di masa lalunya.
“Dia bukan barang transaksi, GINE. Dia mungkin adalan agen terakhirku yang tak akan kuserahkan pada siapapun juga, bahkan pada rekanku sendiri.”
“Apakah berarti penolakan? Sayang sekali, tadinya aku berniat membantu.”
“Empat puluh persen saja sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk kalian. Jangan bebani lagi hutangku dengan kewajiban menyerahkan dia sebagai balasannya. Aku perlu dia untuk keseluruhan ambisi terpendamku.”
Sunyi, terdengar suara flicker dari layar, hanya itu, tidak lebih.
“Baik. Akan kuputuskan besok. Di atas pukul enam saat matahari sudah terbenam, nyalakan televisimu untuk mengetahui apakah aku mengirimnya atau tidak. Tunggulah, sebab aku juga tak mau dirugikan. Salam, Alpha.”
Flavio terdiam sejenak. Dia mengepalkan tangannya keras-keras.
“Tidak, tidak mungkin…” gumam Flavio terakhir, saat dia menyandarkan tubuhnya ke atas kursi kerja hitamnya.
Layar besar itu menghilangkan simbol gagak hitam yang sedari tadi terpampang. Tinggallah Flavio dengan pikiran yang bertambah rumit. Pria tua itu menghela nafas panjang, dia mengangkat kopinya dan menghabiskan sisa minuman itu. Rasanya, dia sudah terlalu jauh melenceng, pikir Flavio pun begitu. Tak dia sangka misi mulianya semula, akan bergeser menjadi sebuah keadaan yang tak bisa diprediksikan.
Flavio si pengkhianat.
Seorang Italia yang penuh cita rasa perfeksionis, namun dengan pemanfaatan yang salah pada rasa itu. Flavio Rosetti yang perlahan berganti pada keburukan.
0 comments:
Post a Comment